Masjid Atta’awun merupakan sebuah masjid megah di pinggir jalan raya puncak Bogor. Keindahan dan kemegahan masjid ini sudah terkenal sejak lama sehingga banyak wisatawan yang sengaja berkunjung ke sana. Masjid yang berada pada ketinggian 2.000 meter membuatnya dapat melihat pemandangan kawasan puncak Bogor dari atas. Anda juga bisa melihat area kebun teh yang asri dari atas masjid ini.
Masjid ini dibangun sejak tahun 1987 dengan tujuan sebagai tempat ibadah sekaligus peristirahatan para pelancong yang sedang menempuh perjalanan. Karena wisata puncak Bogor menjadi tujuan banyak wisatawan, masjid Atta’awun ini pun semakin dikenal masyarakat luas sebagai spot wisata religi.

Masjid Atta’awun yang Menawan
Masjid Atta’awun ini memiliki desain kubah besar di tengahnya, bahkan terdapat kolam ikan dan air terjun mini. Dengan begitu, wisatawan yang berkunjung atau sekadar beristirahat dari perjalanan juga bisa menikmati kesejukan yang ada di sekitar area masjid. Karpet masjid Atta’awun juga selalu terjaga kebersihannya sehingga nyaman digunakan untuk aktivitas beribadah.
Karena dianggap sebagai tempat wisata dan banyak dikunjungi, banyak kedai-kedai kuliner di sekitar area masjid ini. Anda bisa menikmati jagung bakar atau ubi Cilembu khas daerah ini yang terkenal dengan cita rasa manis. Masih di area masjid Atta’awun, terdapat toko pusat oleh-oleh di sebelah kanan masjid. Banyak juga pedagang yang menawarkan pernak-pernik yang unik untuk oleh-oleh.
Kisah Nyata Masjid Atta’awun Bikin Gempar

Masjid megah dengan fasilitas yang lengkap ini pasti sudah banyak diketahui oleh pelancong yang pernah berkunjung ke Cisarua, Puncak Bogor. Masjid ini sering dijadikan sebagai tempat persinggahan untuk melaksanakan sholat atau sekadar beristirahat. Namun, dibalik kemegahan dan keindahannya, terdapat sebuah cerita yang menggetarkan jiwa dan memberi pembelajaran.
Kisah ini berawal dari dua sahabat, Ahmad yang pintar namun kekurangan secara finansial dan Zaenal yang biasa saja namun berkecukupan. Setelah terpisah cukup lama, keduanya bertemu di koridor wudhu di masjid Atta’awun, Puncak Bogor. Zaenal sudah sukses dan menjelma menjadi manager kelas menengah, tetapi tetap menjaga kesalehannya. Ia selalu menyempatkan mampir ke masjid di perjalanan untuk solat.
Meski dari keluarga yang kurang mampu secara finansial, Zaenal mengetahui kepintaran Ahmad dan mengira sahabatnya akan sukses di masa depan. Saat bertemu dengan Ahmad, Zaenal seperti tidak percaya bahwa Ahmad hanya menjadi seorang marbot masjid. Kemudian Zaenal menegur Ahmad yang sedang memegang kain pel dengan celana tergulung lalu keduanya saling berpelukan.
Setelah itu, Zaenal pun menyuguhkan kartu namanya dan berniat mengobrol setelah Ia menyelesaikan ibadahnya. Saat wudhu, Zaenal masih tidak habis pikir dengan kenyataan pahit mengenai Ahmad yang pintar namun hanya bisa menjadi marbot masjid. Setelah selesai melaksanakan ibadah solat, Zaenal ditegur oleh anak muda. begini percakapan mereka:
Anak Muda : Pak, Bapak kenal dengan Bapak Insinyur Haji Ahmad?
Zaenal : Iya Mas. Insinyur Haji Ahmad? Insinyur Haji Ahmad yang mana?
Anak Muda : Itu, yang barusan mengobrol dengan Bapak.
Zaenal : Oh, Ahmad. Dia teman SMP Saya. Memangnya Dia sudah Haji?
Anak Muda : Dari dulu sudah Haji, Pak. Dari sebelum Beliau bangun masjid ini. Beliau orang hebat, Pak. Tawadu’. Sebenarnya Saya lah yang marbot masjid, tetapi beliau sering menggantikan Saya dan Saya diminta mengaji atau azan. Beliau yang bangun masjid ini di tanah wakaf nya dan biaya sendiri. Hotel di sebelah sana juga semuanya milik Beliau.
Selanjutnya, Zaenal hanya bisa tertegun dan tidak bisa berkata-kata, entah apa yang ada di hati dan pikirannya saat itu. Semua yang Ia kira sejak tadi pertama bertemu dengan Ahmad adalah salah sangka. Ternyata, Ahmad lebih sukses darinya dan sudah memiliki banyak sekali aset dunia maupun akhirat. Hikmah dibalik kisah nyata yang sempat menggemparkan masyarakat ini bisa Kita petik dan jadikan pelajaran.
Jika ada di posisi Ahmad, sebagian besar orang pasti akan menyangkal dikira marbot masjid dan akan menjelaskan yang sebenarnya. Namun berbeda dengan Insinyur Haji Ahmad yang sangat tenang terhadap penilaian orang lain. Insinyur Haji Ahmad merasa tidak perlu menjelaskan apa-apa hingga akhirnya semua terkuak dengan sendirinya.
“Orang yang ikhlas itu adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya, seperti Ia menyembunyikan keburukannya” (Ya’qub Yahima Hullah, dalam kitab Tazkiyatun Nafs)
Nah, itulah sepenggal kisah singkat tentang marbot masjid Insinyur Haji Ahmad yang banyak beredar di masyarakat. Semoga informasinya bermanfaat.